Blog Resmi SMP Negeri 178 Jakarta

BLOG SMPN 178

Rabu, 09 Januari 2019

Dari LOTS ke HOTS

MENJELANG peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2018, dunia pendidikan gaduh. Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) SMA/MA dan SMP/MTs yang baru saja berlangsung mendapat banyak kritikan. Selain masalah teknis, seperti gangguan server, jaringan internet, dan jaringan listrik, sulitnya soal Matematika dikeluhkan para peserta UNBK.
Tidak ayal, akun Instagram Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy (@muhadjir_effendy), akun Twitter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) (@Kemdikbud_RI), serta akun Instagram Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) Kemendikbud (@pustekkom_kemendikbud) menjadi sasaran keluhan peserta UNBK. Ada yang serius dengan bahasa baku, tidak sedikit pula dengan meme gaya anak muda millennial zaman now.
Sebagai Bapak yang mendidik, Mendikbud memberi tanggapan penuh motivasi atas keluhan siswa. Selain meminta maaf karena telah menyulitkan para siswa, memberi alasan rasional akademik mengapa soal UNBK kali ini lebih sulit. Menurut Mendikbud, soal-soal tertentu dibuat lebih sulit dan membutuhkan daya nalar tinggi, atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). Ini untuk mengejar ketertinggalan mutu pendidikan kita.
Konsep Menyempurnakan
Makhluk macam apa HOTS? Adalah Alice Thomas dan Glenda Thorne (2009) mendefinisikan istilah HOTS sebagai cara berpikir pada tingkat yang lebih tinggi daripada menghafal, atau menceritakan kembali sesuatu yang diceritakan orang lain. Konsepnya, menyempurnakan konsep dalam teori pendidikan klasik Taksonomi Bloom yang mengategorikan berbagai tingkat pemikiran, mulai dari yang terendah hingga yang tertinggi. Dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, sampai dengan evaluasi.
Konsep Taksonomi Bloom yang esensinya adalah tujuan pembejalaran, terbagi dalam tiga ranah ialah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh Ki Hadjar Dewantara disebut sebagai daya cipta, daya rasa, dan daya karsa. Kognitif atau daya cipta merupakan keterampilan mental seputar pengetahuan. Afektif atau daya rasa adalah sisi emosi seputar sikap dan perasaan. Sedangkan psikomotorik atau daya karsa berhubungan dengan kemampuan fisik dan keterampilan.
Keterampilan mental seputar pengetahuan dengan tingkatan kemampuan berpikir inilah HOTS menempati posisinya. Menurut Lorin Anderson dan David Krathwohl (2001), tingkat kemampuan berpikir dimulai dari (1) mengingat; (2) memahami; (3) mengaplikasikan; (4) menganalisis; (5) mengevaluasi sampai dengan (6) mencipta. Tingkatan kemampuan berpikir (1), (2), dan (3) dikategorikan sebagai Lower Order Thinking Skills (LOTS) atau kemampuan berpikir tingkat rendah. Sedangkan tingkatan kemampuan berpikir (4), (5), dan (6) dikategorikan sebagai HOTS atau kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Mungkin inilah yang dimaksud dengan mengejar ketertinggalan mutu pendidikan oleh Mendikbud. Selama ini kita baru mampu mengimplementasi pembelajaran LOTS dan belum beranjak ke HOTS. Sedangkan di banyak negara, HOTS sudah bukan barang baru lagi.
Strategi
Kebijakan pendidikan dipastikan dengan maksud dan tujuan mulia. Tetapi, maksud dan tujuan mulia belum tentu berhasil dicapai jika strategi dan cara yang ditempuh tidak matang. Dalam hal ini apakah prasyarat untuk diterapkan kebijakan sudah disiapkan dengan baik? Sejalan dengan itu, bagaimana dengan uji-coba pra-implementasi. Tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi kepada masyarakat atas kebijakan pendidikan yang akan diambil.
Implementasi dari LOTS ke HOTS dalam UNBK dipastikan tidak efektif apabila tidak didahului dengan proses pembelajaran HOTS. Selain itu, guru semestinya terbiasa mengevaluasi pembelajaran dengan menggunakan HOTS. Untuk itu guru perlu dilatih terlebih dahulu. Proses pembelajaran sangat urgen untuk hasil belajar dan bukan sekadar evaluasi, bahkan UNBK saja.
(Ki Sugeng Subagya. Praktisi Pendidikan dan Kebudayaan. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Sabtu 5 Mei 2018)

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Archive